About

3-latest-65px

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 14 Agustus 2024

Rumah Adat Minangkabau ( Sumatera Barat ), Sejarah, Filosofi dan Penjelasannya


Rumah Gadang, sebuah manifestasi gemilang arsitektur di bumi Sumatera Barat. Sebagai peninggalan budaya Minangkabau yang kian memayungi Provinsi Sumatera Barat, Rumah Gadang bukan sekadar rumah adat, melainkan citra mendalam dari identitas etnis Minangkabau.

Menancapkan akar di tanah yang luas, Rumah Gadang menjadi penjelmaan kepemilikan keluarga induk, sebuah warisan tak ternilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tidak jauh dari kemegahan Rumah adat minangkabau, terhampar surau keluarga yang memancarkan kehangatan sebagai tempat berkumpul pemuda serta penyelenggaraan berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.

Sebuah lapisan makna lebih dalam terungkap dalam narasi kaya dari "Cerita Rakyat dari Sumatera Barat 3" (2001) karya Navis A.A.

Rumah Gadang, yang juga dikenal sebagai Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjung, mencitrakan kekayaan budaya dan keunikan yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Barat.

Tidak sekadar sebagai struktur fisik, Rumah Gadang membentang berderet-deret dalam lanskap Minangkabau, menciptakan kedekatan visual antara gonjong satu dengan yang lainnya. Seakan menyatu dalam harmoni, ujung gonjong yang tajam memperlihatkan bentuk yang mengingatkan pada tanduk kerbau, membawa pesan simbolis kemenangan yang mengakar dalam keelokan Rumah Gadang.

Arsitektur Rumah Gadang, dengan bangunan balok segi empat yang melebar ke atas dan menyempit ke bawah, menciptakan garis melintang tajam di dua tepinya. Setiap lengkungan atap melengkung, atau yang disebut gonjong, menjadi ekspresi keanggunan dan keunikan yang menciptakan kekaguman.

Dalam segala kemegahan, Rumah Gadang menjadi penjaga keajaiban bentuk dan simbol dalam tradisi Minangkabau. Bukan hanya sebagai tempat tinggal, ia juga menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perjuangan masyarakat Minangkabau, tertanam dalam serat kayu dan lengkungan atap yang memikat.


Asal usul bentuk rumah gadang

Asal-usul bentuk Rumah Gadang terkait dengan legenda Minangkabau, yang dikenal sebagai "Tambo Alam Minangkabau." Kisah ini menceritakan kemenangan masyarakat Minang dalam pertarungan antar kerbau melawan kelompok Jawa.

Bentuk atap yang mirip tanduk kerbau menjadi simbol kuat yang melekat dalam budaya Minangkabau, terlihat pada pakaian adat tingkuluak tanduak yang dihiasi Bundo Kanduang.

Asal-usul Rumah Gadang juga terkait dengan perjalanan nenek moyang warga Minang. Konon, bentuk badan rumah ini meniru perahu nenek moyang pada masa lampau, yang dikenal sebagai lancang.

Cerita legenda mengungkapkan bahwa lancang nenek moyang ini awalnya berlayar menuju hulu Batang Kampar. Setelah tiba di suatu daerah, penumpang dan awak kapal turun ke darat, dan lancang ditarik agar tidak terkena air sungai.

Lancang kemudian diperkuat dengan kayu-kayu dan diberi atap dengan layar yang diikat pada tali, membentuk lengkungan yang menyerupai gonjong. Lancang digunakan sebagai tempat tinggal sementara, dan para penumpang kemudian membuat rumah menyerupai lancang tersebut setelah mereka bertebaran.

Dengan ciri khas gonjong, masyarakat Minangkabau dan keturunannya dapat dengan mudah mengenali satu sama lain. Gonjong bukan hanya menjadi ornamen Rumah Gadang, melainkan juga warisan nenek moyang yang mendarat di tepi Batang Kampar, membawa jejak sejarah yang abadi dalam arsitektur dan kehidupan mereka.

Filosofi Rumah Adat Minang - Rumah Gadang

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadang tampak serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula.

Ggaris alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya.

Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin.

Jika dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang nilai-nilai kesatuan, kelarasan, keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.
 
Dari sisi filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini ternukil dalam ungkapan yang sering kita dengan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang tersebut.

Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak­nyo aluang bunian

Dari ungkapan tersebut, artinya fung­si rumah gadang tersebut me­nyelingkupi bagian keseluruhan ke­hi­dupan sehari-hari orang Minangkabau, baik sebagai tem­pat kediaman keluarga dan me­rawat ke­luarga, pusat melaksa­na­kan ber­bagai upacara, sebagai tem­pat ting­gal bersama keluarga dan inipun di­atur dimana tempat pe­rempuan yang sudah berkeluarga dan yang be­lum, sebagai tempat ber­mufakat, ru­mah gadang merupa­kan ba­ngun­an pusat dari seluruh ang­gota ka­um dalam membicarakan ma­sa­lah mereka bersama dalam se­buah suku, kaum maupun nagari dan sebagainya. Memang sebuah fung­­sional dari rumah gadang tersebut bila kita pahami dengan baik.
 
 

Fungsi dari Rumah Gadang

Rumah Gadang kaya dengan makna yang merupakan gambaran umum dari kehidupan masyarakat minangkabau secara keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah gadang memiliki fungsi-fungsi tersendiri, fungsi tersebut adalah:

1.Fungsi Adat
Sebuah rumah gadang, merupakan rumah utama yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat minangkabau yang diikat oleh suatu suku tertentu. Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.

Kegiatan-kegiatan adat pada masyarakat minangkabau dapat kita uraikan berdasarkan kepada siklus kehidupan mereka, yaitu: Turun Mandi, Khitan, Perkawinan, Batagak Gala (Pengangkatan Datuak), dan Kematian.

Fungsi-fungsi di atas dapat disebut juga fungsi temporer yang berlangsung pada suatu rumah gadang, karena kegiatan tersebut tidak berlangsung setiap hari dan berlangsung pada waktu-waktu tertentu saja.

2.Fungsi Keseharian

Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga, sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.

 
Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
 
Fungsi inilah sebenarnya yang lebih dominan berlangsung pada suatu rumah gadang. Sebagaimana lazimnya rumah tinggal bagi masyarakat umumnya, disinilah interaksi antar anggota keluarga berlangsung. Aktifitas sehari-hari seperti makan, tidur, berkumpul bersama anggota keluarga dan lain sebagainya lebih dominan berlangsung disini, disamping kegiatan-kegiatan adat seperti yang telah diuraikan diatas.
 

Rangkiang Rumah Gadang

sejarah Rumah Adat Minangkabau dan filosofinya

Selain kolam, di bagian halaman kita akan melihat bangunan tinggi dan ramping bergonjong. Bangunan dengan 4 hingga 6 tiang dan pada salah satu sisi dibuatkan pintu kecil. Bangunan ini dinamakan Rangkiang.

Rangkiang adalah simbol survival  masyarakat minangkabau. Ada banyak macam rangkiang dan setiap rangkiang punya fungsi masing masing. Meskipun sama-sama tempat penyimpanan padi, Ada rangkiang yang berisi padi Abuan (bibit). padi untuk makan sehari-hari, padi untuk persiapan masa paceklik dll sebagainya.

Bagian Depan Rumah Gadang

Rumah gadang selalu dibuat tinggi menyerupai rumah panggung, tujuannya agar ruang dibagian bawah bisa digunakan. Pada bagian depan dibuatkan tangga. Pada zaman dahulu dibagian bawah tangga ada batu dan cibuak untuk mencuci kaki.Rumah gadang kebanyakan memiliki kolam ikan di depan rumah. Selain untuk memelihara ikan, kolam merupakan sumber air yang vita untuk kegiatan sehari-hari, mandi dan mencuci.

Rumah adat Minangkabau dinamakan rumah gadang adalah karena ukuran rumah ini memang besar. Besar dalam bahasa Minangkabau adalah gadarig. Jadi, rumah gadang artinya adalah rumah yang besar. Bagian dalam rumah gadang merupakan ruangan lepas, kecuali kamar tidur.

Ruangan lepas ini merupakan ruang utama yang terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang rumah gadang berbanjar dari muka ke belakang atau dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang mbnandai lanjar, sedangkan tiang dari kini ke kanan menandai ruang. Jadi, yang disebut lanjar adalah ruangan dari depan ke belakang. Ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang.

Jumlah lanjar tergantung pada besar rumah. Biasanya jumlah lanjar adalah dua, tiga clan empat. Jumlah ruangan biasanya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. Ukuran rumah gadang tergantung kepada jumlah lanjarnya.

Sebagai rumah yang besar, maka di dalam rumah gadang itu terdapat bagian-bagian yang mempunyai fungsi khusus. Bagian lain dari rumah gadang adalah bagian di bawah lantai. Bagian ini disebut kolong dari rumah gadang. Kolong rumah gadang cukup tinggi dan luas. Kolong ini biasanya dijadikan sebagai gudang alat-alat pertanian atau dijadikan sebagai tempat perempuan bertenun. Seluruh bagian kolong ini ditutup dengan ruyung yang berkisi-kisi jarang.

Dinding rumah gadang terbuat dari kayu, kecuali bagian belakang yang dari bambu. Dinding papan dipasang vertikal. Pada setiap sambungan papan diberi bingkai. Semua papan tersebut dipenuhi dengan ukiran. Kadang-kadang tiang yang ada di dalam juga diukir. Sehingga, ukiran merupakan hiasan yang dominan dalam bangunan rumah gadang Minangkabau. Ukiran disini tidak dikaitkan dengan kepercayaan yang bersifat sakral, tetapi hanya sebagai karya seni.

Ukiran Rumah Gadang

Ukiran Rumah Gadang


 Untuk menambah unsur seni. Pada dinding Rumah Gadang biasanya dibuat ukiran-ukiran denan motif asli minangkabau. Motif-motif ini kebanyakan terinspirasi oleh alam, misalnya kaluak paku, itiak pulang patang, dll. Setelah itu  ukiran akan dicat dengan warna warna khas minangkabau, kombinasi merah, hitam, kuning dan hijau.

Bangunan Rumah Gadang digambarkan memiliki ruang ganjil antara 3 hingga 11. Diantaranya terdapat ruangan lepas dan kamar-kamar. Jumlah kamar bervariasi tergantung besar kecilnya keluarga yang bernaung di rumah tersebut. Selain orang tua, hanya anak perempuan yang berhak mendapat kamar.


Gambar-gambar Rumah Gadang

Gambar Rumah Gadang Batingkek

Gambar Rumah Gadang Batingkek

Gambar via ranahminang.info

Batingkek dalam Bahasa Indonesia artinya adalah bertingkat. Sehingga rumah gadang batingkek berarti rumah gadang yang gonjongnya bertingkat – tingkat. Namun, saat ini rumah gadang batingkek sudah jarang ditemui.

Desain Rumah Gadang Surambi Papek


Gambar via goodnewsfromindonesia.id

Rumah gadang yang satu ini memiliki keunikan yakni memiliki pintu masuk lewat belakang sehingga jika ingin bertamu, kita harus masuk melalui bagian belakang rumah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, rumah gadang surambi papek pun kini memiliki pintu depan.

Desain Rumah Gadang Gonjong Limo

Gambar via romadecade.org

Rumah adat Padang yang satu ini memiliki ciri khas penambahan gonjong di bagian kanan dan kiri. Rumah gadang Gonjong Limo banyak ditemukan di area Payakumbuh.

Gambar Rumah Gadang Gonjong Ampek Baanjuang

Gambar via budaya-indonesia.org

Sesuai namanya yakni ampek yang berarti empat dalam Bahasa Indonesia, maka rumah adat Padang ini memiliki empat buah gonjong di bagian kanan dan kirinya. Jumlah ruangan di rumah ini berjumlah lebih dari 7 buah. Rumah ini pun memiliki anjung di bagian kanan dan kirinya.

Rumah Adat Sumatera Barat Gonjong Anam

Gambar via borneochannel.com

Rumah adat Sumatera Barat yang satu ini bisa dikatakan lebih modern dibandingkan dengan rumah gadang lainnya. Selain itu, rumah gonjong anam pun memiliki lebih banyak jendela dengan tujuan agar lebih banyak cahaya matahari yang bisa masuk.

Gambar Rumah Adat Minangkabau Sibak Baju

Gambar via twitter @newspadek

Rumah adat Minangkabau sibak baju memiliki bentuk seperti belahan baju. Material rumah pun terbuat dari kayu dan sasak.

Rumah Adat Padang Gajah Maharam


Gambar via upload.wikimedia.org

Rumah adat Padang gajah maharam adalah rumah yang termasuk ke dalam kategori rumah mewah. Ada syarat yang harus dipenuhi untuk membangun rumah ini, misalnya rumah harus menghadap Utara. Untuk membangun rumah adat ini, dibutuhkan 30 tiang penopang dan tiang – tiang tersebut disinyalir membuat rumah ini tahan gempa.